Kamis, 18 Desember 2014

46 Poin Menyoal Natal oleh Ustad Salim

Belakangan ramai antara boleh tidaknya seorang muslim mengucapkan natal bagi yang merayakan. Setelah hunting referensi, saya memilih apa yang disampaikan oleh ust. Salim berikut. Silahkan dicermati dan direnungkan. Kalo setuju silahkan share seluas2nya. Namun jika kurang tepat, silahkan dikoreksi.
1. Natal ini, terkenang ujaran Allahu yarham KH Abdullah Wasi’an (kristolog Jogja -red); “Saudara-saudaraku Nashara terkasih, beda antara kita tidaklah banyak."
2. Wasi’an: “Kalian mengimani Musa, juga ‘Isa. Kamipun sama. Tambahkanlah satu nama; Muhammad. Maka sungguh kita tiada beda.”
3. Wasi’an: “Kalian imani Taurat, Zabur, & Injil. Kamipun demikian. Tambahkan Al Quran, maka sungguh kita satu tak terpisahkan.”
4. Sungguh adanya kerahiban jadikan kalian lembut hati & dekat pada kami; sementara Yahudi & musyrik musuh terkeras kita. (QS 5: 82).
5. Tapi mungkin memang sudah tabiat ‘aqidah, satu sama lain tak
rela jika kita tak serupa dalam agama secara sepenuhnya. (QS 2: 120).
6. Bagaimanapun, selama kita tak saling memerangi & usir-mengusir tersebab iman, tak terlarang kita saling berkebajikan. (QS 60: .
7. Maka inilah kita mencari titik singgung iman demi kebersamaan; itulah pengakuan ke-Ilahi-an Allah tanpa persekutuan. (QS 3: 64).
8. Tetapi kami insyafi sepenuhnya, yakin di dada tak bisa dipaksakan. Kami hormati segala nan tak bisa dipertemukan. (QS 109: 6).
9. Dalam keberbedaan itu, izinkan kami tetap mencintai ‘Isa & Maryam, meski kami tak bisa memohon kalian mentakjubi Muhammad.
10. Izinkan jua kami, membaca dengan berkaca-kaca betapa indah Surat dalam Quran yang berjudul Maryam. Gadis tersuci sepanjang zaman.
11. Najasyi Habasyah & Uskup-uskupnya, juga para Patriarkh Najran menitikkan airmata, dibacakan Surat Maryam. Berkenankah kalian jua?
12. Ini sungguh bukti bahwa Allah, Nabi, & Al Quran kami mengajarkan pemuliaan nan mengharukan pada Maryam & ‘Isa yang tiada duanya.
13. Termuliakanlah ‘Isa dengan penciptaan & kelahiran nan ajaib yang bagi kami begitu agung sebagaimana penciptaan Adam. (QS 3: 59).
14. Termulialah ‘Isa nan bicara dalam buaian. Salam sejahtera baginya di saat lahir, kelak diwafatkan, & nantinya dibangkitkan. (QS 19: 33)
15. Saudara Nasrani terkasih; kami mencintai ‘Isa, Nabi & RasulNya. Ruh & kalimatNya, yang ditiup-tumbuhkan dalam rahim suci Maryam.
16. ‪#‎Natal‬ ini, kalian rayakan kelahiran ‘Isa yang agung; tapi bagi kami tanggal 25 Desembernya agak membuat terkerut dahi bertanya-tanya.
17. Sebab Maryam nan sungguh berat ujiannya itu bersalin di saat kurma masak penuh tandannya. Kemungkinan itu Maret, bukan Desember.
18. Maafkan jika menyinggung hati, tapi sungguh telah ditulis para Sejarawan, 25 Des itu hari kelahiran Janus & Mitra, Dewa Matahari.
19. Sungguhpun ingin rasanya syukuri lahirnya Rasul Ulul ‘Azmi nan teguh hati; ‘Isa, agak tak nyaman hati kami dengan hari pagan ini.
20. Sayangnya, hampir seluruh gereja sudah menyepakatinya, sampai seorang Sejarawan memelesetkan ‘Son of God’ sebagai ‘Sun of God’.
21. Itulah awal-awal yang membuat kami berat hati untuk ucapkan Salam Natal. Ini harinya Janus & Mitra. Bukan harinya ‘Isa, kawan terkasih.
22. Tentu tradisi ribuan tahun dengan salju & cemara, pohon sesembahan pagan Eropa itu tak bisa kami paksa untuk diubahkan seenaknya.
23. Tinggal kini, dalam hasrat hati tuk membalas penghormatan yang kalian berikan di ‘Idul Fitri & Adhha, kami kan simak para ‘ulama.
24. Sungguh, agama ini memerintahkan untuk membalas tiap pemuliaan dengan penghargaan yang lebih baik, minimal senilainya. (QS 4: 86)
25. Yang disepakati para ‘ulama atas keharamannya adalah keterlibatan dalam segala yang bernilai ritual & ibadah. Pun jua Fatwa MUI.
26. Jika keterlibatan dalam kegiatan Natal nan bersifat ibadah & ritual disepakati haramnya, para ‘ulama ikhtilaf pada soal ucapan selamat.
27. Yang membolehi selamat Natal al Dr. Musthafa Az Zarqa, Dr. Yusuf Al Qaradlawy; menyebut tahniah tak terkait dengan ridha atas ‘aqidah.
28. Tahniah Natal, kata keduanya; bisa menjadi da’wah sebagaimana Ibrahim bicara tentang tertuhannya bintang, bulan, mentari. (QS 6: 77-83)
29. Oh iya, QS 6: 77-83 TIDAK berkisah tentang ‘Ibrahim Mencari Tuhan’, tapi ‘Ibrahim Berda’wah’, demikian ditegaskan Al Qurthuby.
30. Maka tahni-ah Natal yang diikuti komunikasi intensif sebagaimana dilakukan Ibrahim pada penyembah bintang, bulan, mentari adalah indah.
31. Dr. Abdussattar memberi catatan kemubahan tahni-ah Natal ini dengan kehati-hatian memilih diksi. Doa menuju hidayah lebih dianjurkan.
32. Adapun Al ‘Utsaimin, Lajnah Fatwa KSA (Kerajaan Saudi Arabia), dll cenderung mengharamkan tahni-ah Natal tersebab hal itu sama dengan meridhai ‘aqidah keliru.
33. Jadi ikhtilaf ‘Ulama terkait tahni-ah Natal ini ada di ranah pemaknaan kalimat ucapan tersebut. Masing-masingnya lalu mengajukan dalil.
34. Ulamapun berfatwa sesuai konteks di seputarnya, tentu ada perbedaan lingkungan sosial nan melatarbelakangi fatwa nan tak sama.
35. Lajnah Fatwa KSA & Al Utsaimin menjawab di negeri yang nyaris tiada Nasrani. Al Qaradlawy&Az Zarqa berfatwa tuk masyarakat majemuk.
36. Bagaimana sikap atas beda fatwa ucapan Natal? Kata Asy-Syafi’i, Al Khuruj minal Ikhtilaafi Mustahabb: keluar dari selisih itu disukai.
37. Dengan jernih hati & mengukur kapasitas diri, kita bisa mempertimbangkan kedua-duanya. Ada keadaan-keadaan yang harus dicermati.
38. Ikhtilaf ahli ilmu insyaaLlah menjadi kemudahan bagi kita untuk beramal yang tak sekedar benar, melainkan juga tepat & cerdas.
39. Akan ada yang menghajatkan fatwa Al Qaradlawy & Az Zarqa, al; di wilayah muslim minoritas, keluarga majemuk nan erat hubungan dll .
40. Akan ada juga yang hajatkan fatwa Al ‘Utsaimin pada posisi memelihara ‘izzah agama. Misalnya Raja KSA sebagai Khadimul Haramain.
41. Kata Abu Hanifah; yang terpenting BUKAN mengamalkan pendapat kami atau tidak. Melainkan mengetahui bagaimana kami menetapkannya.
42. Dan adalah dosa; mengatasnamakan ‘ulama tuk haramkan sesuatu; padahal mereka tidak; cermati misalnya Fatwa MUI ini:http://media.isnet.org/antar/etc/NatalMUI1981.html
43. Mengamalkan atau tak mengamalkan; jauh lebih ringan dari soal menghalalkan & mengharamkan; karena ia adalah haq Pembuat Syari’at.
44. Sebab itu; para ‘Ulama mengistilahkan beda pendapat Fiqh dalam dimensi SHAWAB (tepat) & KHATHA’ (keliru), bukannya HAQ & BATHIL.
45. Maka dengan ilmu memadai, mari beramal terbaik bagi iman kita pada Allah, bagi misi kita sebagai ummat terbaik di tengah manusia.
46. Demikian bincang Natal. Semoga tak kecewa karena jawabnya tak satu. Sebab Salim, terlalu bodoh untuk lancang mentarjih ikhtilaf Ulama;)

Rabu, 17 Desember 2014

5 Cara Menaklukan Pemeran Utama Pria ala Drama Korea

Saking banyaknya drama Korea yang pernah saya tonton, saya sampai pada kesimpulan berikut.
5 Cara Menaklukan Pemeran Utama Pria (PUP) ala Drama Korea:
1. Jadilah Diri Sendiri
Hampir semua pemeran utama wanita (PUW) drama Korea adalah sosok yang apa adanya, gak jaim, dan bahkan gak malu untuk melakukan kebiasaan-kebiasaan yang jauh dari kata anggun. Cara ini gratis sekaligus menentramkan. PUW tak perlu berpura-pura menjadi orang lain. PUP menerima PUW apa adanya dan jadi lebih mengerti dan memahami PUW. Lihat saja kelakuan Geum Jan Di (BBF), Gu Mi Ho (Nine Tail Fox), Tae Gong Sil (Master's Sun), dan masih banyak lagi yang meski penampilan dan kepribadian mereka tak sempurna, mereka tetap menjadi pujaan PUP.
2. Selalu Menempel
Cara ini juga cukup ampuh, PUW tak malu-malu mengikuti kemana pun PUP pergi dan terang-terangan menyatakan ketertarikan/kekaguman pada PUP. Meski dianggap annoying, lama-lama akan membuat PUP terbiasa atas kehadiran/perhatian PUW dan akan merasa kehilangan saat sikap PUW tak lagi sama. Ingat bagaimana kegigihan Oh Ha Ni (Playfull Kiss), Gu Mi Ho, Tae Gong Sil, dan Neil (Neil's Cantabile) dalam memperjuangkan cinta pada pujaan hati mereka? Pada akhirnya apa yang PUW lakukan, meluluhkan hati PUP.
3. Buat si Dia Cemburu
Percintaan di drama Korea seringkali melibatkan cinta segitiga dimana gadis biasa-biasa saja diperebutkan dua pria keren. Dan adegan dimana PUW sedang tertawa/bersenang-senang dengan pria kedua selalu berhasil mengganggu pikiran dan membuat PUP cemburu. PUP biasanya akan merasa tak mau kalah, tak mau kehilangan, dan merasa PUW adalah seseorang yang berharga. Kita bisa menyaksikan adegan-adegan tsb dalam Goong, BBF, King 2 Hearts, Master's Sun, Nine Tails Fox, dsb.
4. Rela Berkorban
Mau melakukan apapun bahkan menyerahkan nyawanya. Agak berlebihan memang, tapi pengorbanan tersebut dapat menggerakkan hati PUP dan membuat PUP merasa sangat terspesialkan.
5. Menghilanglah
Setelah semua yang telah PUW lakukan dan perasaan PUP tumbuh, biasanya PUW akan menghilang, entah karena penyakit, studi, mengejar mimpi, ditentang orang tua, atau perasaannya sendiri yang justru merasa tak cukup baik untuk PUP. PUP yang kehilangan akan susah move on, dan tetap menunggu sampai PUW kembali.
Ada yang mau menambahkan?

Senin, 08 Desember 2014

Waspadai Fixed Mindset, Belenggu Si Juara Kelas

Kita mungkin pernah bertanya-tanya, kemana teman-teman kita yang dulu sering menjadi juara kelas? Kemanakah mereka yang sering menjadi kebanggaan guru? Mengapa bukan mereka yang saat ini kita lihat di media massa seperti koran, majalah, atau televisi?
Mereka yang sering muncul di media massa, menjadi ilmuwan terkemuka,seniman berpengaruh, ekonom atau bahkan CEO cemerlang, ternyata banyak sebagian besar dulunya bukan siswa yang paling pintar di sekolahnya. Malcolm Gladwel (2008) dalam bukunya The Outliers menemukan bahwa para penerima hadiah Nobel ternyata bukanlah orang-orang yang berIQ tinggi seperti yang diduga banyak orang. (Alhamduillah saya sempat membacanya saat bekerja di Vanaya).
Berdasarkan bukti-bukti ilmiah terbaru, sekarang ditemukan orang-orang yang melewati sekolahnya dengan mudah lebih berpotensi menjadi seorang ‘passenger’, penumpang kehidupan. Mereka sudah puas dengan apa yang dicapai masa lalu dan percaya ‘pintu’ masa depan akan datang dengan sendirinya menemui mereka. Apa yang ditemukan oleh Carol Dweck (2009) dalam Mindset sangat mengejutkan, anak-anak yang menemukan sesuatu dengan mudah atau mendapatkan kemudahan di sekolah atau cepat mendapat nilai A di kelasnya mempunyai tendensi memiliki fixed mindset.
Fixed mindset adalah cara berpikir yang terbentuk saat seseorang mendapatkan kemudahan yang membuatnya ingin berlindung dalam kemudahan itu. Akibatnya mereka terpatri dalam pikiran mereka bahwa hidupnya akan selalu mudah. Lalu mereka duduk manis di kursi penumpang. Hidup yang sudah selesai dan kurang menghargai proses belajar yang harus dilewati dengan kerja keras dan perjuangan.
Michalko (2011) dalam buku Creative Thinkering menyebutkan fixed mindset cenderung terbentuk pada orang-orang yang memiliki karakter high self-monitors. Orang-orang seperti ini perhatian utamanya adalah ‘terlihat hebat dan cerdas’. Mereka sangat peduli terhadap bagaimana orang lain melihat (baca: mengevaluasi) diri mereka. Bagi mereka, kemampuan adalah sesuatu yang tetap, statis, bawaan lahir atau bawaan sekolah. Mereka tidak percaya kalau orang lain yang tak secerdas mereka bisa berubah atau mengalahkannya. 
Dan tentu saja orang-orang ini berada pada pusat perhatian dan lama beradaptasi pada keadaan itu, karena kecerdasan melekat pada mereka, mereka harus bisa ditunjukkan. Masalahnya orang-orang seperti ini menurut Dweck punya kecenderungan membentuk cara pandang orang lain agar mereka terlihat hebat. Mereka punya kecendrungan atribusi eksternal, dalam arti tidak mampu melakukan sesuatu, mereka akan menyalahkan orang lain dan tidak mau mengakui kesalahannya.
Mereka menjadi seperti seorang looser dan beranggapan mengakui kekurangan adalah sebuah penghinaan terhadap kehormatan dan berarti mengakui dirinya tak berharga. Dan bila suatu tidak mudah, menuntut kerja keras atau bahkan terlalu lama proses yang harus dilalui maka ini mengancam citra diri, yang berati bisa dianggap tidak cerdas, tidak berbakat. Mereka hanya ingin terlihat hebat, sekalipun sudah tidak belajar hal-hal baru lagi. Maka bila orang-orang seperti ini diburu organisasi/perusahaan/komunitas/masyarakat, maka hal ini sama seperti berburu passengers
Passenger akan menjadi beban, sama seperti obesitas yang tubuhnya dipenuhi lemak. Adapun lemak adalah suatu pilihan, akan dibuang atau dikonversi menjadi energi. Menurut Dweck, mindset adalah sebuah belief, yang berarti, meski tidak mudah, ia dapat diubah menjadi growth mindset.
Berikut adalah karakter fixed mindset:
1. memiliki beliefs “saya adalah orang cerdas, hebat. Ingin terlihat berkinerja dan pandai.” tetapi untuk menjaga citra ini, mereka tidak menyukai tantangan-tantangan baru, dan hanya berbuat apa yang dikuasai saat ini.
2. kurang tekun menghadapi rintangan dan enggan menghadapi kesulitan.
3. terbiasa mendapatkan quick dan perfect performance. Tidak gigih berjuang.
4. tidak terbiasa menghadapi umpan balik negatif. Bagi mereka kritik terhadap hasil kerja atau kapabilitasnya adalah kritik terhadap pribadi. Cenderung mengabaikan kritik negatif dan mengisolasi dari orang-orang kritis.
5. tidak dapat menerima keberhasilan orang lain, karena dianggap keberuntungan. Lebih dari itu keberhasilan orang lain adalah ancaman bagi dirinya.
Karakter growth mindset:
1. bukan didasarkan external attributions, sehingga kalau mengalami kesulian (setbacks) tidak menyalahkan orang lain atau membuat alasan, melainkan siap mengoreksi diri, mengambil inisiatif.
2. rela mengambil resiko, tidak takut gagal sebab kegagalan bukan untuk orang lain. Kegagalan adalah hak kita untuk menghadapi tantangan, dan bila terjadi selalu berpikir ada yang bisa dijadikan pelajaran.
3. mereka percaya kecerdasan dapat ditumbuhkan karena otak memiliki kesamaan dengan otot, yaitu dapat dijadikan kuat dan besar asalkan dilatih. Latihan ditujukan untuk mendapatkan kemajuan.
Lantas, bagaimana melatih mindset kita agar menjadi growth mindset?  
1. pertama hadapi dan selalu miliki tantangan. Hidup yang tak berarti adalah hidup yang tak ada tantangan sama sekali. Dengan adanya tantangan, kita akan mejadi lebih kuat.
2. bertahan dalam menghadapi rintangan dan ujian.  Jangan biarkan ujian kecil menciutkan hati. Citra diri kita tidak ditentukan oleh keberhasilan atau kejatuhan, tetapi oleh kehormatan. Kegagalan adalah kesempatan utk belajar, demikian juga untuk kemenangan.
3. usaha dan kerja keras. Di zaman serba teknologi ini, kerja keras bukanlah hal yg harus ditinggalkan atau diganti oleh kerja cerdas. Tidak ada kerja cerdas tanpa kerja keras. Kerja keras adalah mutlak untuk menggembleng ketrampilan dan keunggulan.
4. kritik orang lain adalah sumber informasi, tentu tidak semua kritik baik untuk didengar, namun jangan ambil kritik sebagai serangan thdp pribadi. Jangan pula bekerja untuk menyenangkan orang yang mengkritik. Terimalah kritik sebagai konsultasi gratis.
5. datangilah orang-orang yang sukses dan bergurulah pada mereka. Semua orang berhak untuk berhasil.
*disarikan dari salah satu bab dalam buku Self Driving (Rhenald Kasali) oleh @IvanAhda dengan sedikit penyesuaian.

Kamis, 20 November 2014

Wanita, Pahamilah Ini....

~Sebuah Ringkasan dari Salim A Fillah~
Pertama
Satu hal yang seringkali dilupakan oleh banyak wanita adalah bahwa kemuliaan wanita tidak bergantung pada laki-laki yang mendampinginya.
Tahu darimana? Allah meletakkan nama dua wanita mulia dalam Al Quran, Maryam dan Asiyah. Kita tahu, Maryam adalah wanita suci yang tidak memiliki suami, dan Asiyah adalah istri dari manusia yang sangat durhaka, Firaun. Apakah status itu mengurangi kemuliaan mereka? No!
Itulah mengapa, bagi wanita di zaman Rasulullah dulu, yang terpenting bukan mendapat jodoh di dunia atau tidak, melainkan bagaimana memperoleh kemuliaan di sisi Allah.
Kedua
Bicara jodoh adalah bicara tentang hal yang jauh: akhirat, surga, ridha Allah, bukan semata-mata dunia.
Ketiga
Jodoh itu sudah tertulis. Tidak akan tertukar. Yang kemudian menjadi ujian bagi kita adalah bagaimana cara menjemputnya. Beda cara, beda rasa. Dan tentu saja, beda keberkahannya.
Keempat
Dalam hal rezeki, urusan kita adalah bekerja. Soal Allah mau meletakkan rezeki itu dimana, itu terserah Allah. Begitupun jodoh, urusan kita adalah ikhtiar. Soal Allah mau mempertemukan dimana, itu terserah Allah.
Kelima
Cara Allah memberi jodoh tergantung cara kita menjemputnya. Satu hal yang Allah janjikan, bahwa yang baik untuk yang baik. Maka, mengupayakan kebaikan diri adalah hal utama dalam ikhtiar menjemput jodoh.
Keenam
Dalam urusan jodoh, ta’aruf adalah proses seumur hidup. Rumus terpenting: jangan berekspektasi berlebihan dan jangan merasa sudah sangat mengenal sehingga berhak menafsirkan perilaku pasangan.
Ketujuh
Salah satu cara efektif mengenali calon pasangan yang baik adalah melihat interaksinya dengan empat pihak, yakni Allah, ibunya, teman sebayanya, dan anak-anak.
Kedelapan
Seperti apa bentuk ikhtiar wanita?
1. Meminta kepada walinya, sebab merekalah yang punya kewajiban menikahkan.
2. Meminta bantuan perantara, misal guru, teman, dll. Tapi pastikan perantara ini tidak memiliki kepentingan tertentu yang menyebabkannya tidak objektif.
3. Menawarkan diri secara langsung. Hal ini tidak dilarang oleh syariat.Bisa dilakukan dengan menemuinya langsung atau melalui surat dengan tulisan tangan. Konsekuensi satu: Ditolak. Tapi itu lebih baik daripada digantung.
Kesembilan
Bagaimana jika ada pria yang datang pada wanita, menyatakan rasa suka, tapi meminta ditunggu dua atau tiga tahun lagi? Perlukah menunggu? Sabar itu memang tidak ada batasnya. Tapi ada banyak pilihan sabar. Silakan pilih. Mau sabar menunggu, atau sabar dalam merelakannya. Satu hal yang pasti, tidak ada jaminan dua tiga tahun lagi dia masih hidup. Pun tidak ada jaminan kita bisa menuntut jika dia melanggar janjinya, kecuali dia mau menuliskan janjinya dengan tinta hitam diatas kertas putih bermaterai.
Kesepuluh
Bagaimana jika ada pria yang jauh dari gambaran ideal seorang pangeran tapi shalih datang melamar? Bolehkah ditolak?
"Tanyakan pada hatimu: Mana di antara semua faktor itu yang paling mungkin membawamu dan keluargamu ke syurga."

Rabu, 17 September 2014

Commuter Line

Anda seorang pengguna harian commuter line?



Bagi Anda yang setiap harinya harus naik commuter line tentunya Anda setuju jika setiap hari Anda bertemu dengan banyak orang. Mungkin beberapa orang Anda kenali sebagai penumpang yang sebelumnya Anda gunakan. Jumlahnya mungkin hanya hitungan jari dan mereka biasanya adalah orang-orang yang membuat Anda terkesan. Namun, seringkali Anda tidak terlalu memperhatikan siapa-siapa saja yang Anda temui di dalam stasiun maupun gerbong. Anda lebih fokus pada diri sendiri dan mungkin menganggap orang-orang yang Anda temui 'hanya lewat' saja.

Apalagi di era gadget dengan internet yang semakin mudah, membuat Anda mungkin lebih suka mengobrol di dunia maya. Membuka-buka situs yang tampaknya tak terlalu Anda butuhkan. Hanya ingin membukanya saja. Siapa tahu ada yang menarik mata Anda untuk dibaca. Beberapa dari Anda mungkin sengaja memasang headset/earphone dan memasang volume cukup tinggi. Teman setia perjalanan Anda. Tak sedikit di antara Anda akan membeli masker, bukan karena sakit tapi untuk menutup mulut Anda saat tertidur. 

Beberapa dari Anda mungkin akan mencoba mengobrol dengan penumpang di sekitar atau justru Anda yang akan diajak mengobrol. Namun, apakah setelah itu ada 'follow up' dari obrolan Anda dengan mereka?

Jangankan saling tukar kartu nama, saling tahu nama saja mungkin adalah kejadian yang langka. Padahal Anda berkesempatan memperluas jaringan dengan ratusan bahkan ribuan orang dengan latar belakang yang bermacam-macam setiap harinya. 

Bagi para 'single', dengan sedikit keberanian mungkin akan bertemu dengan tambatan hati.
Bagi para 'job-seeker', dengan sedikit sopan santun mungkin akan mendapatkan pekerjaan.
Bagi para 'entrepreneur', dengan sedikit memanfaatkan peluang mungkin akan mendapatkan stakeholder.

Sebelum Anda mencoba, siapa yang tahu?


Wallahu'alam.

Senin, 21 Juli 2014

BALADA PRIA DAN -AN


Ada seorang pria yang menganggap dirinya tampan, mapan, dan pastinya jadi rebutan. 
Hingga akhirnya dia kewalahan, mencari yang paling relevan. 
Bukan lagi cinta dan iman yang jadi pertimbangan, melainkan kesesuaian.
Saking banyaknya perawan yang menawan, si pria pun makin dilanda kegalauan. 
Lalu dijajarkan semua perawan untuk diperbandingkan. 
Siapa tahu ada yang mendekati kesempurnaan.
Lamat-lamat si pria memperhatikan, menimbang-nimbang, berharap mendapat keputusan.
Lama si pria kepikiran, tak juga dapatkan jawaban. 
Sampai tahunan, si pria masih dibayangi keraguan. 
Dan para perawan satu per satu mendapat pinangan.
Ada seorang pria yang menganggap dirinya tampan, mapan, dan pastinya jadi rebutan. 
Namun di usianya yang kian matang ia justru masih sendirian.

Minggu, 20 Juli 2014

Potongan Pertama

Ini ceritaku. Seorang gadis umur 23 tahun yang tak pernah memiliki pacar. Tentu saja aku punya seseorang yang ku suka. Dia adalah pria paling tampan.

Kami seolah punya radar. Aku selalu bisa menemukannya ketika aku benar-benar menginginkannya. Aku tak benar-benar mengenalnya. Berbicara dengannya pun tidak. Aku hanya sekali melihatnya dan langsung jatuh cinta. Mungkin ini yang disebut sebagai jatuh cinta pada pandangan pertama. Ah, betapa konyolnya.


Apakah kau pernah merasa lututmu lemas dan hatimu bergetar? Aku selalu merasakan itu semua saat melihatnya.  

Selasa, 15 Juli 2014

Pangeran Berkuda Putih

Saat kecil saya selalu disuguhi tontonan dongeng-dongeng kerajaan macam cinderela, putri salju, sleeping beauty, beauty and the beast, dsb. Ternyata hal ini cukup mempengaruhi selera saya dalam hal ketertarikan terhadap pria. Pria-pria model pangeran yang gagah, pinter, dan tinggi selalu menjadi favorit saya. Sampai-sampai setiap ditanya dengan siapa saya ingin menikah, saya selalu menjawab "Pangeran Berkuda Putih".
Selain itu hampir disetiap telenovela, sinetron, drama Taiwan, Jepang, dan Korea yang saya tonton selalu menghadirkan peran utama pria model-model pangeran. Biasanya saya kurang tertarik untuk menonton jika pemeran utama prianya tidak cukup menarik perhatian. Kecuali jika track record sutradara atau pemain utama wanitanya saya suka dan ceritanya yang recomended.
Harapan saya akan sosok pangeran berkuda putih ini semakin menjadi-jadi setelah saya menonton sebuah FTV. Ceritanya tentang gadis tomboy yang mendambakan sosok pangeran berkuda putih. Wah saya banget tuh!

Saya sedikit lupa, sepertinya karena perjodohan keluarga maka si gadis tomboy ini harus menikah. Sontak si gadis menolak sampai kabur-kaburan. Apalagi calon mempelai pria terkesan seperti anak mamih, jauh dari tipe idamannya selama ini. Singkat cerita, kesaaran dan ketulusan si pria berhasil membuat luluh hati si gadis. Mereka pun akhirnya sepakat menikah. Pada hari pernikahan, si gadis dirias menjadi begitu cantik dan nampak anggun bak puteri kerajaan. Namun, apa yang terjadi kemudian? Ternyata mempelai pria tak kunjung datang. Si gadis dan keluarga panik. Di pikir oleh si gadis bahwa si pria sedang membalas dendam akibat ulahnya selama ini. Tak lama kemudian, akhirnya yang ditunggu-tunggu datang. Mempelai pria bak pangeran datang menunggangi kuda putih.

Bikin mupeng kan? Iya banget.
Oke, balik ke pengaruh dongeng dengan selera saya terhadap pria. Semakin bertambah buku yang saya baca, semakin bertambah orang yang saya temui, semakin bertambah cerita yang saya dengar, semakin bertambah film yang saya tonton, selera ketertarikan saya terhadap pria berubah. Saya tak lagi mendambakan pangeran berkuda putih. Mengingat saya sendiri juga bukan seorang puteri. Yang saya inginkan tak banyak. Saya hanya menginginkan teman hidup untuk berbagi dalam suka dan duka sekaligus nahkoda yang akan membimbingku mengarungi luasnya samudera kehidupan menuju keridhaanNya. Itu saja.

Sebuah pembelajaran yang saya peroleh dari apa yang saya alami dan rasakan. Menurut saya hal ini cukup penting bagi orang tua dan calon orang tua.
Yuk, lebih biasakan anak-anak kita dengan sirah nabawiyah dan sirah shahabiyah dibanding dengan dengan dongeng-dongeng yang menyesatkan. Hehe

Bogor, Tempat Sejuta Kenangan

Bogor, tempat sejuta kenangan...

Masih ingat betul sewaktu pertama kali aku menginjakkan kaki di Bogor.
Waktu itu mama dan lilik yang mengantarku.
Baru sampai di Baranangsiang kami langsung disambut hujan.
Keberadaan mama benar-benar menghangatkan disela-sela kecemasan karena menginjakkan kaki berjuang di tempat baru.Beruntung aku tak benar-benar sendiri.
Ada keluarga baru, keluarga keduaku, UDHINERS 47 dan KELUARGA BESAR ETOS BOGOR.
Syukur tak henti-hentinya karena aku memiliki mereka.
  
Ah, rasanya semua itu baru kemarin sore.
Nyatanya empat tahun telah berlalu.
Bogor seolah menjadi oase ditengah gersangnya hati, menyapu segala duka dengan kesejukan.
  
Bogor, tempat sejuta kenangan...
tempat yang indah menimba ilmu,
tempat yang damai untuk menjalin ukhuwah,
tempat yang asyik membangun pengalaman,
tempat yang ... untuk menyusun mozaik hidupku menjadi lebih tertata dan bersinar.
  
Rasanya sayang harus pindah dari Bogor.
Bogor selalu membuatku rindu.
Perjalanan ke Bogor selalu membuatku bersemangat, dag dig dug seperti mau bertemu pujaan hati.
  
Di Bogor pulalah kepasrahan dan ketulusan aku pelajari.
Berkunjung ke bogor bak obat mujarab penghilang stress dan kefuturan.

Bogor benar-benar 'sesuatu'

Kondektur Ber-HighHeels

Pernah lihat kondektur metro mini pake high heels?
Aku pernah, baru saja kualami. Seorang ibu-ibu, mungkin usia 50 tahunan. Busana, hijab dan aksesoris yang ia kenakan cukup stylish. Awalnya kupikir si ibu stylish ini adalah ibu yang baik hati dan sukarela membantu si supir, mengingat si supir tak punya kondektur.

Namun, saat ada penumpang yang akan berhenti, si ibu stylish tersebut berteriak sambil mengetuk langit-langit metro mini, "BERHENTI, YAH!"
Oalah, ternyata si ibu stylish tersebut adalah benar kondektur dan istri si supir.Si supir juga nampak stylish. Rambutnya semi merah ketika butiran cahaya menyorot kepalanya.
  
Dalam cerita versiku, ini tanpa aku melakukan klarifikasi, mereka adalah OSB aka "Orang Sederhana Baru". Mereka akhirnya memutuskan untuk membeli metro mini dari harta benda yang tersisa akibat bisnis mereka yang down. Si istri dengan setia menemani suami, meski harus menjadi kondektur. Romantisnya....
  
Sebenarnya pengen mendokumentasikan pasangan tsb dalam foto, apa daya di metro mini tsb aku sempat kehilangan tab. Lagi pula kurang sopan rasanya. Cukuplah kisahnya saja yang aku bagikan.
*yang menganggu pikiranku, kenapa tuh ibu maksa banget pake high heel. Kan menyusahkan diri sendiri. Meski begitu, tetap saluut!

Menunggu di Pasar

Aku terpejam, hening
perlahan aku membuka mata
suara fals pengamen terdengar diiringi petikan gitar ala kadarnya
menyanyi sebisanya demi recehan
kulihat perempuan kecil berbaju merah bersusah payah menggandeng tangan ayahnya
pasangan muda-mudi tak tahu malu menampakkan mesra
serasa dunia milik berdua
gelora pasangan senja tak mau kalah
berlenggak bersama

Aku terpejam, hening
perlahan aku membuka mata
suara penyanyi goyang dari kaset bajakan mengeras
menjadi latar adegan selanjutnya
beberapa bocah lelaki terdiam, terpaku pada penyanyi goyang
seorang wanita agak gempal menawar baju sejadi-jadinya
sang abang penjual yang tak lebih galak menggeleng pelan dengan muka kecut
Di sisi lain, lelaki pedagang gantungan jilbab berlalu lalang sepi pembeli
rautnya hampir menyerah, tapi ia tak mau kalah
Di dekatku, lelaki penjual ikan bandeng jongkok memandang dagangannya yang belum berkurang
Tiba-tiba perempuan muda menghampirinya,
membuatnya kembali bergairah

Aku terpejam, hening
lama terpejam,
kali ini tak ingin lekas membuka mata
merasa dongkol
masih terpejam,
badanku terasa pegal akibat berdiri lama
masih terpejam,
aku merentangkan tangan
meregangkan sendi-sendi yang kaku
masih terpejam,
tanganku tiba-tiba menyentuh sesuatu yang lembut dan hangat
aku ingin segera membuka mata,
namun benda lembut dan hangat itu sekejap berpindah
menghalangiku membuka mata
aku semakin penasaran
aku berbalik

"sudah lama menunggu?"

senyum polosnya membuat
rasa dongkolku hilang, aku justru tersenyum dan segera menggandengnya, pulang...