Selasa, 15 Juli 2014

Pangeran Berkuda Putih

Saat kecil saya selalu disuguhi tontonan dongeng-dongeng kerajaan macam cinderela, putri salju, sleeping beauty, beauty and the beast, dsb. Ternyata hal ini cukup mempengaruhi selera saya dalam hal ketertarikan terhadap pria. Pria-pria model pangeran yang gagah, pinter, dan tinggi selalu menjadi favorit saya. Sampai-sampai setiap ditanya dengan siapa saya ingin menikah, saya selalu menjawab "Pangeran Berkuda Putih".
Selain itu hampir disetiap telenovela, sinetron, drama Taiwan, Jepang, dan Korea yang saya tonton selalu menghadirkan peran utama pria model-model pangeran. Biasanya saya kurang tertarik untuk menonton jika pemeran utama prianya tidak cukup menarik perhatian. Kecuali jika track record sutradara atau pemain utama wanitanya saya suka dan ceritanya yang recomended.
Harapan saya akan sosok pangeran berkuda putih ini semakin menjadi-jadi setelah saya menonton sebuah FTV. Ceritanya tentang gadis tomboy yang mendambakan sosok pangeran berkuda putih. Wah saya banget tuh!

Saya sedikit lupa, sepertinya karena perjodohan keluarga maka si gadis tomboy ini harus menikah. Sontak si gadis menolak sampai kabur-kaburan. Apalagi calon mempelai pria terkesan seperti anak mamih, jauh dari tipe idamannya selama ini. Singkat cerita, kesaaran dan ketulusan si pria berhasil membuat luluh hati si gadis. Mereka pun akhirnya sepakat menikah. Pada hari pernikahan, si gadis dirias menjadi begitu cantik dan nampak anggun bak puteri kerajaan. Namun, apa yang terjadi kemudian? Ternyata mempelai pria tak kunjung datang. Si gadis dan keluarga panik. Di pikir oleh si gadis bahwa si pria sedang membalas dendam akibat ulahnya selama ini. Tak lama kemudian, akhirnya yang ditunggu-tunggu datang. Mempelai pria bak pangeran datang menunggangi kuda putih.

Bikin mupeng kan? Iya banget.
Oke, balik ke pengaruh dongeng dengan selera saya terhadap pria. Semakin bertambah buku yang saya baca, semakin bertambah orang yang saya temui, semakin bertambah cerita yang saya dengar, semakin bertambah film yang saya tonton, selera ketertarikan saya terhadap pria berubah. Saya tak lagi mendambakan pangeran berkuda putih. Mengingat saya sendiri juga bukan seorang puteri. Yang saya inginkan tak banyak. Saya hanya menginginkan teman hidup untuk berbagi dalam suka dan duka sekaligus nahkoda yang akan membimbingku mengarungi luasnya samudera kehidupan menuju keridhaanNya. Itu saja.

Sebuah pembelajaran yang saya peroleh dari apa yang saya alami dan rasakan. Menurut saya hal ini cukup penting bagi orang tua dan calon orang tua.
Yuk, lebih biasakan anak-anak kita dengan sirah nabawiyah dan sirah shahabiyah dibanding dengan dengan dongeng-dongeng yang menyesatkan. Hehe

Tidak ada komentar:

Posting Komentar