Rabu, 10 Juli 2013

Uje Membuat Saya Cemburu

Berita tentang wafatnya UJE memang sudah lama terdengar, tapi saya rasa gaungnya masih sampai sekarang. Saat berita tersebut pertama di kabarkan, saya menangis. Bukan karena saya adalah penggemar UJE, tapi karena saya sangat cemburu padanya. Ketika wafatnya UJE menggema di jagat maya, semua orang berkicau hal baik tentang dirinya. Doa-doa mengalir tak ada habisnya. Pada saat itu juga saya menangis dan bertanya pada diri sendiri, "jika kelak saya mati, hal mana yang lebih banyak orang sampaikan? Hal baik atau hal buruk?"
Pertanyaan ini merasuk dan seketika menjadi ketakutan tersendiri. MALU. Sangat malu jika pada akhirnya orang-orang justru mengatakan hal buruk pasca saya meninggal.
UJE dikenal sebagai ustad gaul yang mampu diterima setiap kalangan, terutama remaja. Bahkan, pemilik nama Jeffri al Bukhari ini dikagumi oleh kalangan non-Islam. Pada awal kemunculan beliau di layar kaca, sebenarnya saya kurang suka. Mungkin bertentangan dengan selera saya selama ini yang lebih menyukai ustad-ustad kalem, lembut, dan menyentuh semacam Qurai Shihab dan AA Gym. Namun, justru gaya khas UJE inilah yang unik dan lebih diterima oleh remaja khususnya. Dari pengamatan saya, mayoritas remaja justru kurang menyukai pendakwah yang kalem. Kemunculan UJE seolah oase bagi para remaja yang memang haus spiritual. Gaya UJE yang segar tanpa terkesan sok pintar lebih turut menambah alasan kenapa UJE disukai dan dikagumi anak-anak muda.

Karena Aku ya Diriku!


Namaku Efi Riana, tapi orang lebih suka memanggilku dengan ‘Teppy’. Sebuah panggilan sayang yang disematkan Ibu ini seolah menjadi identitas baru. Kadang aku berkelakar dengan teman yang memanggilku ‘Teppy’ bahwa Efi Riana iri karena Teppy lebih terkenal. Aku dilahirkan pada 27 Desember di Banyumas, sebuah kabupaten besar dengan 27 kecamatan yang terletak di Propinsi Jawa Tengah. Ayahku bernama Kiswanto, sedangkan Ibuku bernama Poniyem.

Meskipun kedua orangtuaku tidak menamatkan sekolah hingga SD, Alhamdulillah memiliki empat puteri yang dikenal berotak cukup encer oleh sebayanya. Ketiga saudara perempuanku berturut-turut adalah Soimah, Sulastri, dan Ani Kistiyani. Aku ada di posisi ketiga di antara Mbak Sulastri dan Ani. Kami berenam (sebelum kedua kakakku berkeluarga) menempati sebuah kediaman sederhana di Desa Tunjung No. 51 RT 03 / RW 01, Kecamatan Jatilawang, Kabupaten Banyumas, Propinsi Jawa Tengah, Kode Pos 53174. Setelah kedua kakakku menikah, kami tinggal berempat. Lalu setelah aku harus melanjutkan studi, anggota keluarga yang tinggal di rumah kembali berenam. Karena sejak kematian suami kakakku yang kedua, dia beserta kedua puteranya kembali tinggal di kediaman orang tua.

Sejak kecil aku suka bertualang. Aku suka mencoba menemukan jalanku sendiri. Mungkin karena kebiasan itulah, aku tumbuh menjadi seorang yang cukup berani dan selalu berusaha untuk bisa hidup mandiri. Dari Taman Kanak-Kanak hingga SMA kelas 10, aku selalu menjadi peringkat pertama di kelas. Setelah itu peringkatku berganti dari 3, 2, dan 1. Bukan karena aku malas belajar, tapi karena aku mulai mengalami disorientasi. Bukan lagi nilai yang ku kejar, tapi prestasi lain berupa penghargaan dan pengalaman hidup.

Aku cukup lama berkecimpung di dunia pramuka. Pertama kali terlibat saat SD kelas 3. Waktu itu aku mengikuti pesta siaga di kabupaten. Setelah itu berlanjut ke lomba pramuka penggalang, sampai saat SMP aku bersama tim menorehkan prestasi yang cukup luar biasa. Aku dan tim menjadi Juara I Pramuka Penggalang se-Banyumas dan Juara I Gelar Ketrampilan Pramuka se-Jateng.

Selain pramuka aku juga sangat menyukai Matematika. Sejak SD hingga SMA aku mengikuti berbagai lomba Matematika. Prestasi terbesarku aku menjadi Finalis Olimpiade Matematika se-Indonesia saat SMP. Orientasiku berubah saat masuk SMA. Aku masih menyukai Matematika dan tergabung di OSIS, tapi aku beralih dari pramuka ke Palang Merah Remaja (PMR), tepatnya menjadi wakil ketua. Sebenarnya saat SMP aku sudah bergabung di PMR, tapi pasif karena lebih fokus di pramuka dan OSIS. PMR ku pilih sebagai batu loncatan meraih cita-cita yang sempat ku genggam sejak kecil, menjadi seorang dokter. Hasilnya cukup membanggakan aku menjadi Peserta Konferensi Palang Merah Remaja I Propinsi Jawa Tengah. Lalu aku menjadi tim Penyusun/Kontributor Buku PMR dan Relawan di PMI Pusat dan aku menjadi Duta Forum Palang Merah Remaja Indonesia (Forpis) Kabupaten Banyumas dan Provinsi Jateng.

            Mimpiku menjadi dokter pupus bahkan mimpi untuk kuliah perlahan sempat ku padamkan. Selama SMA aku mendapat 2 beasiswa, sehingga tak banyak menyulitkan orang tua. Karena itu aku tak tega meminta dikuliahkan. Setelah bekerja selama hampir setahun di Bekasi, aku mendaftarkan diri di beberapa universitas. Geloraku menjadi dokter masih terasa, tapi pupus setelah mengetahui bahwa beasiswa yang ku lamar tak menyediakan jurusan kedokteran untuk universitas-universitas di daerah barat (Jakarta dan Jawa Barat). Berbekal kecintaan terhadap Matematika, aku mendaftar jurusan Statistika IPB.

Bidang non akademik yang ku jalani pun berubah, tak lagi pramuka ataupun PMR. Aku beralih ke bidang jurnalistik, sebagai reporter Koran Kampus IPB. Sebagai seorang reporter, aku berkeampatan untuk menghadiri beberapa acara dan orang-orang penting. Dan kini, aku menjabat sebagai Pimpinan Litbang. Aku juga sedang merintis CIDES Bogor dan menjadi Project Officer Rumah Kumbara. Aku juga tercatat sebagi anggota Forum lingkar Pena Bogor dan IPB Youth Journalist bidang film dokumenter. Aku sempat menjadi HRD dan Quality Product sebuah bimbingan belajar dan menjadi Ketua Divisi Pendidikan SDP Galuga, Beastudi Etos Bogor. Beberapa kepanitian Beastudi Etos Bogor ku jalani sebagai tanda terima kasih. Seringkali aku ditempatkan di divisi Desain, Dekorasi, dan Dokumentasi.

Meski menjadi dosen adalah cita-cita pilihan terakhir, aku menyukai diriku saat mengajar. Aku senang saat berbicara di depan banyak orang, memotivasi, berbagi pengalaman dan ilmu. Selain mengajar untuk bimbingan belajar, aku juga terdaftar sebagai asisten praktikum untuk dua mata kuliah yaitu Metode Penarikan Contoh dan Sosiologi Umum.

Selama kuliah, prestasi di bidang perlombaan/kejuaraan mungkin tak banyak yang bisa kuraih. Namun aku selalu bersyukur bisa meraihnya. Aku meraih Juara III Mahasiswa Prestasi Asrama TPB, Juara III Lomba Kerja Tulis Ilmiah se-Bogor, Juara I Lomba Debat Kandungan al Quran se-IPB, dan Juara III Lomba Baca Puisi SPIRIT FMIPA IPB. Selain itu, aku pernah dua kali diundang untuk tampil di sebuah acara: memotivasi dan membacakan sebuah puisi.

Aku suka mempelajari banyak hal. Aku suka membaca buku terutama buku inspiratif. Aku senang melibatkan diri di bidang politik (meski sangat tak suka politik), sejarah, dan misteri. Aku masih berambisi menjadi dokter dan sutradara. Aku suka mendengarkan musik sesuai mood. Aku suka berlari, meski hanya kulakukan seminggu sekali. Aku suka menonton film, bukan masalah siapa aktornya melainkan bagaimana suatu saat nanti aku bisa membuat film yang berkualitas. Aku sangat betah berlama-lama di depan Asusku. Bergumul dengannya membantuku menikmati hidup. Bagiku prestasi bukan hanya seberapa banyak piala, medali, atau sertifikat yang kita peroleh, melainkan seberapa besar manfaat dari keberadaan kita dapat dirasakan oleh orang lain. Aku, kau, dan dia pasti punya pandangan sendiri mengenai hidup dan prestasi. Inilah aku, diriku, kehidupanku, pemikiranku. Karena aku ya diriku!