Minggu, 29 Desember 2013

Chemistry


Seorang teman bicara cukup kasar ketika menyaksikan idolanya menikah dengan perempuan yang 'dari kacamatanya' kurang cantik. Menurutnya perempuan itu tidak pantas bersanding dengan sang idola.

Entah bagaimana meski telah memiliki dua buah hati bersama Putri Diana, Pangeran Charles tak bisa melupakan Camila. Camila yang lebih tua dari Diana dan di mata publik tak lebih cantik dan tak lebih baik dari Diana, nyatanya tetap menjadi dambaan Charles, terlepas pada akhirnya Charles dan Camila bercerai. Lihat saja pernikahan Charles dan Camila. Senyum senantiasa mengembang di wajah Charles yang tak lagi muda.

Kakak perempuanku bercerita tentang teman SMAnya, yang menurutnya tak begitu cantik. Kulit kurang cerah, hidung tidak mancung, dan tubuh agak berisi. Teman SMAnya tersebut bekerja pada sebuah perusahaan dimana mayoritas pegawainya adalah laki-laki. Karena minimnya kaum hawa di perusahan tersebut teman SMA kakakku itu begitu populer. Saking populer, dia diperebutkan oleh tiga pria sekaligus. Tentu saja si wanita memilih yang terbaik menurut versinya. Resepsi pernikahan pun digelar. Kakakku bercerita kalau temannya itu sempat minder, lantaran ibu mertuanya jauh lebih cantik dari mempelai wanita.



Mungkin dari kita pernah terheran-heran ketika menyaksikan wanita yang menurut kita sangat cantik menikah dengan pria yang menurut kita biasa saja, atau sebaliknya. Lalu kemudian kita sepakat bahwa kecantikan/ketampanan adalah penilaian yang subjektik (relatif bagi setiap orang). Dan alasan menikah pun menjadi beraneka macam. Lalu, untuk alasan seperti apa sebenarnya kita sebaiknya menikah?

Selama hidupku, aku telah bertemu banyak orang. Tak terhitung berapa jumlahnya. Ada yang sekadar bertemu, ada yang berinteraksi hanya beberapa menit, jam, hari, dan ada yang menghabiskan bertahun-tahun waktu bersama. Aku percaya bahwa di setiap pertemuan, selalu ada alasan. Bukankah semua kejadian di dunia ini sudah diatur oleh-Nya?

Aku telah menonton banyak film dan drama. Dari berbagai genre dan negara. Dari beragam kisah yang tersaji, selalu ada kisah cinta dengan porsi yang berbeda-beda. Meskipun berasal genre, negara, dan jalan cerita yang berbeda, film-film dan drama-drama tersebut memberikan makna cinta yang tak jauh berbeda. Bahwa cinta adalah sesuatu yang sakral dan agung.


Tak sulit bagi seseorang untuk jatuh cinta. Namun, setelah cinta itu berkurang perpisahan pun tak terelakan. Bahkan hal ini berlaku bagi mereka yang telah menikah. Lalu, dimanakah letak agungnya cinta itu? Begitupun seeorang hamba yang memeluk suatu agama, yang telah bersumpah bahwa ia mencintai Tuhannya pun tak luput dari penghianatan. Lalu, dimanakah letak agungnya cinta itu?

Diantara banyak film dan drama yang telah aku tonton, ada sebuah drama yang memberitahuku bahwa selain cinta kita tak boleh melupakan chemistry. Chemistry adalah ketika kita merasa 'klik' dengan seseorang, tak harus kekasih. Perasaan klik adalah misteri hati. Hanya orang yang merasakan yang tahu apakah kita merasa 'klik' atau tidak.

Karena itu, mungkin ketiga kisah di awal tulisan ini berkaitan dengan masalah chemistry. Bahwa kita tidak bisa memilih atau ditentukan oleh orang lain dengan siapa kita akan memiliki perasaan 'klik' bernama chemistry. Tentunya akan menjadi hal yang membahagiakan jika kita memilki perasaan ini dengan pasangan hidup kita. Karena bagaimana pun kita akan menghabiskan sisa umur kita dengannya. Meski begitu, aku percaya bahwa chemistry adalah sesuatu yang bisa kita bangun, asal ada niat tulus dari pelakonnya.