Kamis, 29 November 2012

Gerakan 1000 rupiah


Gerakan 1000 rupiah untuk 1 anak SMA

Angka putus sekolah naik tiap jenjang seiring dengan naiknya biaya sekolah. Saat ini program pemerintah lebih fokus pada program Wajib belajar 9 tahun (SD-SMP) dan program Bidik Misi untuk kuliah. Selain itu, banyak lembaga, yayasan, atau organisasi yang menyediakan beasiswa untuk kuliah. Sementara itu, beasiswa dan bantuan pendidikan untuk anak SMA masih minim. Padahal untuk bisa melanjutkan ke jenjang kuliah, seorang siswa harus melewati jenjang SMA terlebih dahulu. SMA sebagai jembatan menuju bangku kuliah justru harus putus karena minimnya bantuan pendidikan.
Menurut penuturan Menteri Pendidikan Indonesia, Mohammad Nuh pada kompas.com (8 Mei 2012) pada tahun 2010 dana BOS hanya meng-cover 70 persen biaya pendidikan. Hasilnya sebesar 1,5 persen siswa SD drop out, dan yang tidak melanjutkan 8,87 persen dari 31 juta siswa. Untuk SMP, sebesar 1,61 persen drop out, dan 21,13 persen tidak melanjutkan. Sementara SMA, sebesar 2,86 persen drop out dan 33,11 persen tidak melanjutkan pendidikan.
Oleh karena itu, ide ini lahir berdasarkan keinginan mengurangi angka putus sekolah pada jenjang SMA.



Bagaimana ide ini bekerja?
Ide ini cukup sederhana, yang penting adalah manajemen dan komitmen setiap pelakunya.

"Gerakan 1000 rupiah untuk 1 anak SMA" atau bisa disingkat dengan "Gerakan 1000 rupiah" dapat dilakukan oleh siapa saja, termasuk anak muda. Gerakan ini mengharuskan partisipan untuk menyisihkan uangnya sebesar 1000 rupiah setiap harinya. Meskipun nominal 1000 rupiah cukup kecil, tapi jika gerakan menabung ini dilakukan rutin selama sebulan makan tabungannya akan menjadi 30.000 rupiah. Jika ada 5 orang melakukan hal yang sama, maka uang yang terkumpul menjadi 150.000 rupiah. Uang ini cukup untuk membiayai SPP 1 anak SMA selama 1 bulan di desa. Jika ada 10 orang melakukan hal yang sama, makan uang yang terkumpul menajdi 300.000. Uang ini cukup untuk membiayai SPP 1 anak SMA selama 1 bulan di kota. Bayangkan jika lebih banyak orang melakukan hal yang sama dan tentu saja dilakukan secara berkelanjutan. 

DEADline

Last minute person, inilah gelar yang orang2 kasih buatku. Agaknya aku termasuk orang yang percaya pada "the power of kepepet". Hehe ^_^
Saking percayanya, segala hal aku kerjakan pada detik2 pengumpulan deadline. *Gak boleh dicontoh apalagi dikagumi ! :-p
Terkadang apa yang aku lakukan di menit2 terakhir hasilnya sama bagusnya jika dikerjakan dalam waktu yang lama.
Sayangnya, banyak hal yang membuatku menyesal pada akhirnya. Modal pas2an, ngerjain pas2an, dan dampaknya hasil yang pas2an pula.
Sampai suatu hari aku menyebabkan koran kampus gagal cetak. Karena aku melanggar deadline. Meskipun katanya bukan cuma aku penyebabnya, tapi aku adalah salah satu penyebabnya.
Hari2ku mulai berantakan seiring pelanggaran2 deadline yang saling bersusulan. Perasaan kepepet yang biasanya aku nikmati (berasa naik roller coaster), tak lagi membuatku ketagihan. Aku mulai stress and panic at the disco trouble=D
Sejak dipublishnya ketikan ini, aku berharap tak ada lagi si efiriana yang last minute person! Amiiiin=D

Aku punya teman yang inspiring banget soal waktu. Dulu aku sempat heran, bahkan sangat keheran2an mengetahui salah satu teman SMAku yang sekarang kuliah pendidikan matematika di UNY, sebut saja Ummi selalu menyiapkan pakaian apa yang akan ia kenakan selama seminggu ke depan. Setiap hari Minggu, ia menggantung pakaian2 dan kerudung yang match dan mengurutkannya berdasarkan hari. Gak cuma itu, di kala istirahat, yang ia lakukan adalah mengerjakan tugas2 dan pe-er. Dia hampir selalu menjadi 3 besar siswa yang nyampe ke sekolah duluan (pas pulang juga duluan).
What amazing person is!

Pilihan Lurah

Dari kecil, aku memang hobi bertualang sendiri. Inget banget pas masih kelas 1 SD aku diajak bapak nonton pilihan lurah kampung sebelah. Bapakku demen banget datang ke pesta rakyat kaya ginian. Sementara di mata bocah SD kelas 1, khususnya aku, nonton pilihan lurah bagai rekreasi. Setidaknya butuh perjalanan kesana, ketemu banyak orang dan banyak jajanan. Aseeek ^_^
Berasa lagi rekreasi. Aku yang kelas 1 SD hanyut dalam pesta rakyat. Aku memutuskan untuk berkeliling. Meninggalkan bapak yang terlalu fokus dengan perhitungan suara. Tentu aku berani, karena itu sudah sifat bawaan lahir. Aku mengingat2 betul tempat bapak dan setiap langkah yang aku susur. Aku melihat sekitar, siapa tahu aku bisa minta dibelikan sesuatu sama bapak.
Gula-gula agaknya membuatku tergoda. Untung gak sampe ngiler pas lihat anak seumuran dengan puasnya menikmati gula-gula. Aku berhenti bertualang dan berbalik ke tempat bapak untuk minta dibelikan gula-gula. Dan ternyata, bapak gak ada ditempat semula. Cuma ada sepeda ontel teronggok di sana. Aku celingukan. Bapak tak kunjung nampak.
"Ya sudahlah, nanti juga bapak balik ke sini," pikirku.

Alhasil, akhirnya bapak datang. Aku menyambutnya sumringah karena aku akan minta dibelikan gula-gula. Horee!
"ANAK INI! BAPAK CARIIN SAMPE MUTER-MUTER!"

Aku hanya nyengir. Katanya sih aku gak akan diajak nonton pilihan lurah lagi. Tapi nyatanya, sebulan kemudian aku nonton pilihan lurah lagi sama bapak di kampung yang lain dan aku pun pergi keliling sendiri lagi... hehe

Berita mengenai keanehanku keunikanku yang suka ngilang2 ini cukup bertengger jadi trending topik di warung 'Likus'. ('Likus' berasal dari lik: tante, dan kus: Kustirah, nama pemilik warung). Warung Likus ini bisa diibaratkan sebagai medsosnya di kampungku. Biasanya ibu-ibu pada tweet2 soal isu yang beredar. Followernya tinggi, gak sebatas ibu2 satu erte.
Aku mendadak jadi seleb.

Ini Blogku

Hmm, setelah sekian lama hidup. Asyik dengan dunia nyata dan maya, akhirnya aku berani ngetik sampah di dunia maya dalam bentuk blog. Please, berdiri dan kasih aku tepuk tangan atas keberanianku. *pengen banget dapet standing applause. ^_^
Aku iri banget sama junior2 yang udah pada expert ngeblog. Bahkan dari mereka ada yang minta diajarin bikin blog. Huft, jadi semakin tertantang.


Biasanya aku cuma nulis buat diriku sendiri, dibaca2 sendiri, ketawa dan manyun sendiri. Selama lebih dari 2 tahun aku gabung di lembaga pers kampus. Jadi reporter sebenarnya cuma kedok. Biar aku bisa ketemu orang2 penting dan datang ke acara2 secara gratis. Aku juga beberapa kali nulis di kompasiana.com/efiriana.

Dari pengamatanku, setiap blogger punya genre dan style masing2. Dan karena kelamaan mikirin genre dan style apa yang paling cocok, aku justru agak telat bikin blog.
Dan akhirnya inilah blogku. Di blog ini, aku pengin ngetik apapun yang ada dalam pemikiranku, pengalaman2 absurdku, dan mimpi2ku.

SELAMAT MENGETIK !